24 Jam kupendam rindu untuk menonton Film Umar.

#musahabuntukepisode1-15
 
Film yang mengikis habis kesombongan diri yang tak berbuat apa-apa untuk Agama ini. Karena diri ini lahir diantara kejayaan islam. Tak ada peperangan, boikot juga tidak ada, tak juga perbudakan.
Islam yang kuanut sedari menghembus nafas di dunia nan fana.
Semoga tetap islam ketika bumi menelan kembali tubuh yang tak abadi ini.

Tubuh ini tak menyaksikan bagaimana islam muncul di muka bumi.
Tak kusaksaikan bagaimana Rasulullah diabaikan, diolok-olok, didusatakan, diboikot, dan hendak dibunuh sampai beberapa kali oleh kaumnya sendiri.
Tak hadir diantara sakitnya siksa orang Quraisy pada Bilal.
Tak menyaksikan sakitnya jadi Hamzah paman kesayangan Rasulullah yang terbunuh di tangan budak Quraisy dan dicincang habis jantungnya oleh Hindun. Tak menyaksikan bagaimana Sa'ad Bin Mu'az meninggal karena di panah oleh kaum Musrikin. Aku tak menyaksikan bagaimana Abu jandal dibelenggu dengan rantai oleh ayahnya selama bertahun-tahun karena tidak dikehendaki menganut islam.
Ah aku tak menyaksikan bagaimana rasulullah dan para sahabat berlelah-lelah menggali parit untuk mempersiapka perang khandaq. Aku juga tak menyaksikan betapa sakitnya dikhianati oleh bani Quraizhah.
Aku tak hadir bersama Umar yang harus menahan sakit hatinya ketika tak diizinkan umrah ke tanah suci makkah dan harus menahan rindu selama setahun lagi untuk bertemu ka'bah.

Sungguh yang ingin kukatakan adalah islam ini lahir dengan keterasingannya, Ia lahir di tengah-tengah kecongkakan manusia yang tak ingin dikuasai oleh orang lain, tak ingin dibimbing oleh aturan. Islam ini lahir diantara manusia-manusia yang betah hidup di zaman jahiliah. Agama ini hanya diterima oleh yang bening hatinya, yang ingin hidupnya selamat di dunia dan mengharapkan kebaikan di hari berbangkit. Islam ini hanya diterima oleh yang jernih akalnya. Islam ini hanya diterima oleh manusia yang rindu akan kedamaian.

Bersykur engkau wahai diri karena engkau terlahir dari seorang ayah yang muslim dan juga dilahirkan dari seorang ibu yang taat sehingga siang malam selalu mendo'akanmu agar menjadi anak yang sholeha. Bersyukur engkau wahai diri karena sedari bayi sang ibu mengajarkanmu lafaz tauhid. Hingga ketika engkau dewasa kalimat itu terbiasa di lisanmu.

Tapi sungguh sayang wahai diri, jika kalimat itu hanya engkau hafalkan dan lafazkan dengan fasih, sayang sekali tak engkau pikirirkan apa maknanya, tak engkau pikirkan seberapa besar tanggung jawab yang engkau pikul ketika engkau melafazkannya. Berfikir engkau wahai akal yang jernih, apa sajahkah perintah yang harus ditunaikan, apasajakah larangangan yang harus ditinggalkan ketika mengaku diri sebagai muslim.

Oh Alangkah bahagia memang menikmati hasil perjuangan para Rasulullah beserta sahabatnya.Alangkah indah memang hidup penuh dengan kecukupan. Bebas dari perbudakan.

Jika ingin berhijab sempurna, tak ada yang melarang, jika ingin mempelajari agama, juga tak ada yang menghalangi. Gudang ilmu bertebaran di mana-mana mulai dari buku cetak, media elektronik, para guru, ulama, dan Kyai bertebaran di mana-mana.

Lalu apatah gerangan yang membuatmu lalai dari syari'at islam ini. Apatah gerangan kiranya yang mengahalangi hatimu untuk sepenuhnya mengamalkan syari'at Allah ini. Merasa cukupkah? merasa banggakah atas harta? Merasa akan hidup selamanya? Merasa tak akan dibangkitkan suatu hari nanti? Atau merasa diri cukup tanpa menyembah Allah? tanpa mengikuti aturannya?

Wahai diri, ketaatanmu tidak menambah sedikitpun kemuliaan Tuhanmu, wahai diri kesholehanmu tak mengangkat martabat Tuhanmu. Kebajikanmu tak mengagungkan kerajaan Tuhanmu. Milik Allahlah langit dan bumi.

Maka apapu yang kamu lakukan wahai diri maka akibatkan untuk dirimu. Jika ada sedikit kebajikan yang engkau peroleh maka Allah balas dengan yang lebih baik. Jika ada sedikit kesalahanmu maka Allah sungguh Maha luas ampunanya. Tak sedikitpun Dia menghendaki kezaliman atas diri dan hambaNya.

Renungkan wahai diri, untuk apakah sebenarnya engkau diciptakan. Wahai diri yang mengaku cinta Al-Qur'an, coba pahami ayat-ayat Allah yang berlafaz "Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya (Al-Mulk :2)". Sederhana saja wahai diri, Allah hanya ingin mengetahui dimana tempat yang layak bagimu di akhirat berdasarkan amal perbuatanmu di dunia.

wahai diri kenapa harus mempersulit dirimu, harus jadi ini, jadi itu, lalu stress ketika tak mendapatkannya. Kenapa tidak engkau pasrahkkan saja pada Tuhanmu pemilik dirimu "Rabbi, hamba pasrah pada sesuatu yang terbaik bagimu menurut ketetapan-Mu, maka istiqomahkan hamba di Jalan-Mu ya Rabbi".

Jangan-jangan wahai diri, jangan-jangan kalimat tauhid itu tak engkau yakini sepenuhnya. Jangan-jangan wahai diri engkau hanya ikut-ikut saja tanpa mempelajari hukum-hukumnya. Hitung usiamu wahai diri, hisab amalmu wahai diri sebelum Allah yang menghisabmu nanti.
Di usia 25 tahun ini, apa sih kemanfaatan yang sudah kamu perbuat, tafakkur wahai diri, ketika bertambah banyak udara kamu hirup sesungguhnya semakin berkuarang jatah hidupmu. Tafakkur wahai diri esok itu bukan milikmu. Milikimu hanya saat ini, bahkan 5 menit ke depan tak bisa kamu pastikan matamu masih terbuka. Tafakkur wahai diri, untuk apa engkau diciptakan, oleh siapa engkau diciptakan. Jangan sampai nanti ketika di alam barzakh engkau meminta dihidupkan kembali dan ingin beramal baik. Terlamabat, sungguh terlamat wahai diri.
 

#episode16

Makkah pun kembali ke genggaman, dan terbayar sudah kerinduan. Wajah Bilal mulai berseri-seri. Takbir bergemuruh mengguncang langit Makkah. Abdullah dan Abu Jandal menyatukan tenaga melululantahkan patung sembahan para Quraisy. Abu Bakar dan Umar beradu tangan melenyapkan sembahan yang tak punya daya.
Khalid Bin Walid yang belum lama menganut islam kini kembali datang ke Makkah sambil menghunus pedang kepada Quraisy yang pernah menjadi teman seperjuangan.

Begitulah hakikat persaudaraan dalam islam. keras kepada orang Kafir dan kasih mengasihi kepada sesama muslim.


#episode17

Hindun pun kembali menangis dengan penuh ratapan. Dia kembali meratapi saudaranya yang terbunuh dalam perang Badar, Namun ada peneyesalan yang indah, Hindun menyesali keluarganya terbunuh ketika melawan kaum muslim, sehingga tak ada harapan bertemu dengannya di syurga. Karena kini Hindun sudah menganut Agama yang dulu ditentangnya yaitu Islam, jaln keselamatan, Jalan yang Lurus.

Abu Jandal, Abdullah serta Ayahnya menyatu dalam pelukan, setelah menahan rindu selama bertahun-tahun, rindu yang dipisahkan oleh ketauhidan. Sehingga pelukan kali ini terasa lebih indah, karena Ayah dan anak itu menyatu dalam pelukan islam.

 
#episode18
Adapun Umar, Ialah sahabat yang paling berduka ketika Rasulullah wafat, iyalah sahabat Rasulullah yang paling tidak bisa menerima kenyataan bahwa Rasulullah telah wafat. Hampir ia memotong lidah orang yang mengatakan Rasulullah telah Wafat.

Adapun Abu Bakr, Inilah sahabat yang paling matang. Tidak tanpak kesedihan yang berlebihan dalam wajahnya ketika Rasulullah wafat, karena jauh harinya sebelumnya Ia sudah mengetahui tanda-tanda tersebut, dan ia pun mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan tersebut.

Ketika Umar menolak berita Wafatnya Rasulullah, maka dengan tegas Abu Bakr menyampaikan "Barang siapa memuja Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad telah wafat, Barang siapa memuja Allah, ketahuilah bahwa Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati "

Maka Umar pun tersyukur ke tanah, lemah sekujur tubuhnya.

Adapun Bilal, tak lagi bersedia untuk mengumandangkan Adzan. Karena Ia tak sanggup menahan kesedihannya ketika mengenang kepribadian Rasulullah yang senantiasa meminta Bilal untuk mengobati kesedihan Beliau dengan Adzan dan Shalat.


#episode21

Betapa suci dan mulianya jiwa-jiwa para Sahabat Rasulullah. Ketika saudara dan anak-anak mereka syahid dalam peperangan, maka yang mereka tangisi bukanlah meninggalnya saudara atau anak mereka, melainkan mereka menangisi diri mereka sendiri yang juga merindukan syahid. Mereka menangis karena mereka didahului. Begitu Pula Umar, Umar menangis karena Zaid Bin Khattab telah syahid terlebih dahulu. Abu Jandal menangis karena Abdullah telah mendahuluinya.

 

Comments