Maafkan aku Ayah..

Seharusnya aku tidak melakukan itu……
sungguh lemah akalku menerima sifatmu….
Sungguh aku tak membencimu, aku hanya tidak suka dengan sifatmu…
sungguh lemah akalku menerima engkau apa adanya…
Walau kutau engkau tak pernah keluhkan sifatku…
Engkaulah yang lebih dulu merasakan asinnya garam..
Engkaulah pula yang lebih dulu merasakan pahit manis kehidupan….
Sungguh kutakberhak memperlakukanmu seperti ini…
Tapi berikan aku waktu, waktu untuk mengumpulkan semua kebaikanmu dalam ingatanku..
Berikan aku Waktu untuk merenungkan semua jasamu padaku, sampai aku merasa tak pantas lagi memiliki sifat egoku ini.
agar aku tidak menyesal di suatu hari kelak…
Berikan aku waktu untuk meminta kepada Rabbku, Rabb kita,
aku ingin meminta kepada Rabbku, agar Dia menghapus ingatanku atas keburukanmu…
aku ingin meminta kepada Rabbku, agar Dia memulihkan ingatanku tentang semua kebaikanmu…
sehingga aku benar-benar sadar, betapa egonya aku.

Rabbku, palingkanlah pandanganku dari kelemahnya..
Rabbku, coondongkanlah hatiku pada kebaikannya…
Jangan engkau cabut rasa cintaku padanya..
Jangan engkau izinkan benih-benih kebencian ke dalam hatiku atasnya…
Rabbku, betapa besar cintanya kepadaku…
Rabbku, betapa dangkal pemahamnku atasnya..

Tak seharusnya aku bertanya, mengapa harus seperti ini?
Karena duniamu dan duniaku tidak sama.
Duniaku ada disini, yang setiap harinya aku menuai ilmu, ilmu agar menjadi insan yang lebih baik.
sedangkan duniamu, ada di sana, jauh dari jangkauanku, yang setiap harinya engkau hanya fokus padaku, pada kami, agar dapat menjadi kebanggaanmu.

Tak seharusnya aku bertanya, mengapa masih seperti ini?
Bisa saja do’aku terlalu terburu-buru..
atau mungkin usahaku belum sempurna dalam memahamimu…

Tapi kabar kali ini benar-benar melukai hatiku…
benar-benar menguras air mataku, dadaku sesak…
rintihan itu tertahan…
aku hampir tak ridha dengan ketetapan Tuhanku…
karena, di kala aku begitu sungguh2 meminta kepada Rabbku..
Agar Dia memudahkan aku berbakti kepadamu….
ternyata ijabah do’aku berbeda dari pintaku…
kini kelemahanku diuji lagi….

Ah… betapa berdosanya aku….
Betapa sombongnya aku, merasa lebih baik darimu…
padahal tanpa bimbinganmu, tanpa do’a dan harapanmu..
sungguh aku bukanlah siapa-siapa….

Entah hal apa yang membuat aku lupa,
bahwa aku dan kamilah yang membuatmu lalai…
terpedaya akan indahnya dunia…

Akulah yang mencuri perhatianmu dari mengingat Rabbmu dan Rabbku…
Aku dan kami yang menarikmu secara paksa untuk menjadikan kami kebanggaanmu….

Tapi, ada yang lebih indah dari harapanmu…
ada yang lebih mulia dari mimpi-mimpimu…
Allah telah melipatgandakan do’a dan harapanmu..

engkau dikaruniakan harta yang jauh lebih membanggakan dari yang engkau impikan….
engkau punya harta yang senantiasa menjaga ijjahnya…
engkau punya harta yang senantiasa mengemis kasih kepada Rabbmu..
yang senantiasa meminta agar Allah ampunkan dosamu, Allah mudahkan urusanmu…
agar Allah mengasihimu sebagaimana engkau mengasihi kami…

harta itu memang tidak bermateri…
wujudnya juga tak tampak…
tapi dia benar-benar ada..
semoga suatu saat engkau menyadarinya…

harta itu memang tidak memberikan kemewahan dunia,,
juga tidak mengagumkan bagi mata yang terpedaya oleh dunia…
harta itu tak memberimu rupiah…
ia hanya punya air mata dan do’a yang tulus untukmu…
ia senantiasa mengemis kepada Rabbnya..
ia sangat ingin memberimu sesuatu…

Tapi Allah punya caraNya sendiri…
hingga tidak engkau dapati ia sebagai harta yang memuaskan kecukupan duniawi…

Mohon engkau renungkan lagi…
kini ia sedang meratapi dirinya…
karena betapa ilmu yang ia miliki saat ini belum cukup melapangkan dadanya untuk ujian dirimu..
kini ia sedang berjuang keras, agar ia tidak salah menilaimu…
kini ia sedang berjuang keras, agar kelembutan budi dan pekertinya tetap engkau dapati dalam dirinya…
kini ia sedang meminta kepada Rabbnya, agar suatu hari kelak, Allah limpahkan rahmat dan ampunanNya kepadamu, juga padanya…
kini ia sedang meminta kepada Rabbnya, semoga maafmu selalu ada untuknya….

Maafkanlah bila ilmuku belum cukup untuk memahamimu dari semua sisi…
maafkanlah bila ikhtiarku belum sempurna dalam memahamimu dari semua sisi…
kini engkau menyadari, engkau jauh lebih hebat dariku...
engkau jauh lebih memahamiku daripada aku memahamimu...
Semoga Allah senantiasa menganugrahkan aku cinta yang agung kepadamu…
Amin…


Rembulan malam, terimakasih telah menerangi gelapku, gelap kami semua, tanpa pilih kasih tak peduli seburuk apa diri kami..
Mentari pagi, terimakasih telah hangatkan kami, tak peduli seberapa durhakanya kami pada Rabb penciptamu dan pencipta kami...
Bumi, terimakasih, engkau ajarkan kami tentang kesetiaan dan kesabaran, betapa pun banyaknya maksiat yang kami perbuat di atasmu, tetap saja engkau terdiam mengikuti perintah Rabbmu dan Rabbku...
Wahai langit.. betapa penghunimu adalah malaikat-malaikat yang taat...
Hingga bumi iri padamu...

Comments