Kamu dimana sayangku, Wahai Lentera Jiwaku?

             Sering bathin ini meronta dan bertanya, mengapa harus begini?  Untuk apa semua ini dijalani, tidak adakah yang lain, yang lebih menyenangkan? Namun, kesibukan akal tak pernah menghiraukan apalagi menjawab rintihan itu. Ambisi ini terlalu fokus pada keinginan yang belum tentu sesuatu yang dicintai. Hanya sekedar suka terhadap sesuatu tidak bisa dijadikan tolak ukur bahwa inilah bakatku! inilah hobbyku! inilah Passionku! Aku terlambat menemukan kalimat ini, sehingga aku tak sempat untuk berpikir dengan matang apakah yang sekarang aku jalani adalah bakatku.
            Bertahun-tahun sudah diri ini terperangkap dalam sangkar keegoisan, sangkar kesombongan dan kotak ketamakan. Kenapa tidak? Setiap detik yang aku lalui adalah  untuk mengejar target yang memisahkan bathin ini dari dunianya, yang memisahkan diri ini dari fitrahnya dan harus berpacu di dunia yang lebih keras dan menantang hanya untuk tujuan semu. Apa sebenarnya yang ingin aku petik dari dunia yang fana ini? Kebanggan? Harta? Jabatan? Gelar? Prestasi? Ia, mungkin memang inilah jawabannnya.
            Dari kecil aku dididik agar menjadi kebanggaan, ia kebanggaan mereka, kebanggaan mereka yang melahirkan dan membesarkan aku. Otak yang mungil ini, yang kecenderungannya ingin bermain-main dengan teman, lingkungan sekitar dan juga alam, harus aku press untuk mendapatkan Rangking 1 di kelas.
Alhamdulillah, akupun meraihnya, Alhamdulillah, aku pun berhasil menjadi kebanggaan mereka, kedua orangtuaku. Lalu setelah itu, apa yang aku dapat? Apa aku cukup bahagia? Ia, aku memang bahagia, mendengar pujian dari kiri dan kanan. Ketika bersilaturrahim ke tempat saudara dari pihak Ayah maupun Pihak ibu, aku sering diajak oleh kedua orang tuaku, dan di setiap perbincangan, mereka tidak pernah lupa dan mungkin suatu kewajiban bagi mereka untuk menjadikan  prestasi yang aku raih di sekolah sebagai topik yang hangat untuk dibahas, dan aku pun tersenyum dengan telinga sedikit melebar dan dada yang membusung, aku pun bangga. Ia, aku bangga, dan  kebanggaan ini tanpa aku sadari menjadi landasan bagiku untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi di masa yang akan datang. Hingga waktu bermain aku gunakan untuk belajar. Aku menjadi anak yang Lugu, Culun, Baik Budi,  kuper, dan sering juga dikucilkan. Karena, aku terlalu kaku, terlalu kaku untuk membaur dengan teman-teman.Tapi, diam-diam aku kenyang dengan pujian itu, aku mulai resah bila aku tak mendapatkan pujian dari mereka, aku ingin terlihat sempurna. AKu ingin selalu berprestasi. Aku, aku, aku terpedaya oleh nilai akademik yang tinggi. Aku harus nilai akademik yang tinggi, agar ketika orang-orang bertanya aku sudah punya jawaban yang akan berbuah pujian.

            Oh… Jalan hidupku… Rindunya aku pada sesuatu. Sesuatu yang tak mampu kudeskripsikan dengan kata-kata. Sesuatu yang belum pernah aku bertemu dengannya. Sesuatu yang tersembunyi dalam diriku. Aku tak ingin lagi pujian itu. Aku ingin beresra dengannya.  Iya, dialah sesuatu yang ketika bersamanya tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sesuatu yang bila aku bersamanya, serasa dunia penuh warna, serasa tak ada beban, tapi yang ada kebahagian. Ah, bagaimana bisa aku merindukan sesuatu yang belum pernah aku rasakan? Bagaimana aku bisa merindukan sesuatu dimana aku belum pernah bertemu dengannya. Dia, adalah lentera jiwaku.
           Lalu, bagaimana caranya untuk bertemu dengannya? Kemana dan dimana harus kucari? Adakah tabir itu menjadi penghalang pertemuan kami? Bila memang benar, apa yang harus aku lakukan, bagaimana aku harus menembus tabir itu? Atau, dulu ia pernah datang padaku, lalu karena kesibukkanku mengejar tujuan semu membuat ia jenuh untuk mengikutiku.
           Aduhai…. Sepertinya aku terlalu menyalahkan masa lalu. Padahal semua yang aku jalani adalah pilihanku sendiri. Tidak ada siapapun yang menentang keinginanku, hingga kini. Lalu kenapa aku malah mengeluh ya??? Manusiawinya diriku, sedikit bersyukur, banyak ngeluhnya. Tapi kan ya, Kehidupan di masa lalu benar-benar menentukan seperti apa kita di masa sekarang.  Dan itu sekarang ini baru aku sadari. Contohnya saja, aku memang insane yang bebas tapi terikat. Begini maksdunya, Orang tua atau siapa pun tidak pernah menghalangi langkahku kemana pun aku pergi. Bukan berarti mereka tidak peduli padaku. Hanya saja dari dulu aku sangat menjaga kepercayaan mereka. Aku bukan anak yang nakal atau bebas bergaul, dan aku selalu berusaha memenuhi janjiku pada mereka. Lalu mengapa aku ini dibilang terikat? Iya, aku terikat oleh janjiku pada diri sendiri, pada orang tua, dan pada Tuhanku, Aku selalu berusaha mengikuti aturan yang ada, aku selalu berusaha mengikuti tata tertib yang berlalu. Mungkin inilah salah satu alas an mengapa mereka selalu memberikan aku kebebasan dalam memilih jalan hidupku.
                 Lalu, kini apa yang kusesalkan? Entahlah.. lagi-lagi kurang bersyukur mungkin salah satu faktornya. Ternyata prestasi (nilai akademik) selama ini menjadi kebanggaan kini menjadi saksi bahwa pernyataan tentang kesuksesan di raih hanya 2 % dari IQ, 80 % dari EQ dan seebihnya dari SQ (kurang lebih seperti itu, bila ada kesalahan mohon dimaafkan) ini pendapat seseorang bernama…. aku lupa namanya.
Alhamdulillah, telah aku sadari bahwa memang Kecerdasan Emosional itu sangatlah penting. Iya, misalkan neh, mau melamar pekerjaan, kalaupun IPK kita tinggi, bila tak bertata krama tak berkarakter, siap-siap dech gagal di tes wawancara.
          Sebenarnya, aku Cuma mau bilang, aku ingin bebas. Aku sedang mencari lentera jiwaku. Aku belum bertemu dengan sesuatu pekerjaan yang aku senang namun tetap bernilai ekonomi (Happynomic**Yoris). Iya, inilah yang sedang aku lakukan. Aku juga sedang berusaha melepaskan belenggu-belenggu dunia yang memaksa aku untuk terlalu memporsir diri agar terlihat sempurna di mata orang lain.
             Aku mau sekolah TK lagi,, bermain menikmati masa-masa kecil dan melakukan sesuatu yang menyenangkan. Oh, tidak mungkin ya??? Baiklah, aku jalani saja hari-hariku ini penuh hikmat dan sambil berkelana menemukan lentera jiwaku. Oh lentera Jiwaku, Ayolah temani aku menikmati hidup yang singkat ini. untuk yang bingung akan isi tulisan ini, lihat saja video berikut ini :

http://www.youtube.com/watch?v=pzOz40hwojw

Comments