Perjalan hidup
seorang gadis kampung……
Dia anak ke dua dari 3 bersaudara…
sebut saja namanya lara. Dia gadis biasa yang hidup dalam keluarga yang serba
sederhana. Masa kecilnya dihabiskan di
sawah tempat orang tuanya bertani. Hidup mereka jauh dari keramaian, sekitar 5
Km dari kampung tempat dia dilahirkan. Ayahnya sering meninggalkan mereka dalam waktu berbulan-bulan dengan tujuan
mencari nafkah. Ayahnya sering membawakan mereka durian sebagai oleh2 untuk
mereka ketika kembali dari perantauan orang. Dia sangat menikmati kehidupan
keluarganya. Dia anak yang paling manja dan dekat sama ayahnya dibanding
saudaranya yang lain. Pernah suatu ketika ayahnya kembali dari perantauan sudah
larut malam, dia langsung terjaga dan nangis2 merengek sama ayahnya. Si Ayah sudah
mencoba menbujuk hatinya namun tak berhasil juga, sang ayah tidak kehabisan
akal cepat2 ia bawa lara naek kreta(he.. he. Sepeda motor maksud saya) malam
itu juga (raun la gitu istilahnya).. eh tiba2 si laranya terdiam dan
kesenangan….. (lara… lara.. kamu memang gadis yang aneh).
Ketika di
sekolah dasar dia tergolong anak yang cerdas karena dia selalu memperoleh
prestasi yang gemilang, dia adalah bintang kelas yang disukai banyak orang
karena dia selalu meraih juara 1 di kelas. Pada masa2 ujian orangtua lara
memberi iming2 dengan ketentuan, kalau lara meraih juara 1 di kelas ia akan
dibelikan baju baru, lalu persyaratan itu pun ia penuhi. Setiap penerimaan
rapor (laporan hasil belajar ) lara sudah ditunggui oleh ayah dan ibu tercinta di luar pagar sekolah. Seuasai penerimaan rapor ia pun keluar
berlari menemui ayah/ibu tercinta dengan wajah berseri sambil berkata : “mama …
mama… aku juara 1 lagi, hari selasa kita beli baju baru ya ma… ” . selain
dengan prestasi yang gemilang ia juga selalu terdaftar sebagai anggota beasiswa
prestasi dan terkadang terdaftar sebagai anggota beasiswa dari keluarga kurang
mampu, karena keluarganya memang bisa dibilang masuk dalam kategori tersebut
….. (inilah lara di masa kecilnya)
Beranjak
dari SD, sesuai dengan cita – cita yang ia tanamkan, pendidikan pun dilanjutkan
ke jenjang SLTP. Dari segi usia, lara belum begitu
dewasa namun cara berfikir ia cukup matang. Sejak SD ia sudah punya program
hidup walau tidak begitu rinci namun dapat menjadi dasar lara dalam melangkah untuk
meraih sebuah impian. Contohnya saja… ketika duduk di kelas VI SD ia sudah
tuliskan dalam sebuah catatan hidup bahwa setelah tamat dari SD ia akan
melanjut ke SLTP di tingkat Kecamatan disambung dengan anak panah menuju STM di
tingkat Kotamdya dan lanjut lagi dengan PTN ditingkat Propinsi. Beginilah ia
melukiskan perjalan hidupnya. Semua teman2 satu angkatan lara melanjutkan
sekolahnya ke psantren, akan tetapi lara mengambil arah yang berbeda. Ia lebih
memilih SMP (sekolah umum).
ibunya berencana memasukkannya ke
sebuah psantren, namun dengan tegas ia menjawab : “ma… !! kualitas diri dan
keimanan kita tidak ditentukan oleh jenis pendidikan yang kita lalui (eceknya
gitulah bahasanya,,, uda diperbarui sikit dari bahasa anak SD )”.
ketika ia
memasuki SMP yang jauhnya sekitar 10 KM dari kampung kelahirannya ia harus
tinggal di kos2an. Tidak berapa lama lara pulang kampung. ternyata lara belum bisa berpisah dengan
keluarga. Lalu ia meminta kepada orangtuanya untuk tetap tinggal dalam dekapan
mereka, dengan catatan setiap hari pagi2 buta ia harus sudah berangkat dari
rumah berjalan kaki sejauh 5 KM dan 5 KM lagi memakai jasa angkutan.
Bayangkan saudara2
setiap hari ba’da shubuh lara harus sudah siap untuk berangkat sekolah.
Apakah ia bangun sendiri….. ?
Tidak saudaruku, ibunda tercinta harus bangun
lebih dulu untuk menyiapkan sarapan untuk lara. Disinilah kita saksikan
bagaimana pengorbanan seorang ibu untuk putri tercinta. Saudara tau nggak, si
ibu ini setiap hari bersama embun pagi ia harus menemani lara berjalan kaki
sejauh 5 KM. karena lara adalah anak perempuan tidak mungkin ia berjalan
sendiarian sedangkan yang akan dilewati bukan sembarang jalan melainkan
dikelilingi oleh lahan hutan yang belum
dijamah oleh manusia.
Hari berganti
minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun lara masih tetap dengan
perjuangannya dan ketulusan sang ibunda untuk selalu menemaninya.
Lalu siapakah lara yang sebenarnya…. ?
Sekarang lara
sudah dewasa dan terdaftara sebagai mahasiswi UNIMED yang sebentar lagi akan
melaksanakan tugas Negara (PPL), lara adalah seorang ADK yang sedang menjalani
hijrah dari alam jahiliah ke alam yang diagungkan oleh kaum muslimin. Ia sedang
berproses untuk menjadi seorang muslimah di rindu syurga. Walau ia terkadang
masih identik dengan sifat kejahiliaannya, namun ia tetap berusaha untuk
menjadi lebih baik di setiap harinya. Ia bukanlah kader yang begitu tersohor dan aktif dimana-mana. Ia hanya
berperan sebagaimana ia mampu lakukan. Ketika ia dituntut untuk menjalankan sebuah amanah maka
ia berusaha untuk mengembannya. Ketika ia harus menyelesaikan tugas-tugas
akademik maka ia selesaikan dengan kesanggupannya. Ia bukanlah mahasiswa
terkenal dan tersohor di kampusnya, ia hanya mahasiswi biasa—biasa saja yang
bercita-cita menjadi orang luar biasa.
Dalam kesehariannya
lara tidak hanya dihadapkan dengan beban atau tugas akademik, namun ia juga
mendapat sebuah ujian yang ditemuinya dikos-kosan bersama orang-orang pilihan
Allah. Ia menjadi orang murung ketika ia dihadapkan dengan masalah perasaan. Ia
seorang gadis yang lemah dan murah menangis, ia gadis lemah dan sensitif dengan
persaan, ia gadis yang terlalu minder dan kurang bergaul, ia gadis yang punya
sikap pemalu dan penyegan, ia gadis yang tidak pandai menyususn kata-kata agar
tidak menyakiti orang. Banyak orang menganggap ia sombong dan egois, banyak
orang menganggap ia akhwat keras yang menakutkan.
Dalam kesendirian ia
sering termenung dan bercerita kepada Rabb-Nya, dengan diiringi cucuran air
mata satu persatu lisannya berbisik....
Ya Allah..... Sungguh Engkaulah yang Menciptakan Lidah ini......
Karena itu aku mohon Jagalah ia, tuntunlah ia agar tidak menyakiti orang
lain...
Sungguh terkadang apa yang aku sampaikan bertolak belakang dengan
penerimaan dan pemahan orang lain. Ketika aku merasa tidak menyakiti orang
lain. Tanpa aku sadari banyak hati yang tergores, hingga berdarah dan menyimpan
luka. Tentunya walaupun aku
tak berniat menyakiti tapi karena lisan inilah ia terluka. Ya Allah..
lapangkanlah hati saudara2ku untuk memaafkanku.... bukakan pintu hati mereka
untuk menerima aku sebagai saudara mereka. Inilah sebait do’a yang sering bersemayam dalam munajat Lara.
Kini lara telah
diwisuda, namanya bertambah panjang, namun pribadinya tetaplah si Lara yang
rendah hati dan suka menolong. Tepat pada tanggal 25 April 2012 ia dipersunting
sebagai alumni UNIMED oleh Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. Hari-harinya
sedikit berbeda dengn ketika kuliah, begitu juga dengan kondisi keimanannya,
suatu waktu ia begitu taat kepada Tuhannya namun terkadang ia juga sering alpa.
Status Lara kini nggak
jelas, karena ia bukan lagi mahasiswa bukan juga ibu rumah tangga. Ia bekerja
sebagai tenaga pengajar di sebuah SMK di kota Medan, ia juga masih aktif
sebagai operator net yang setia. Aktivitas Lara kini tidak begitu padat karena
ia belum memiliki pekerjaan yang tetap, semabari mengisi waktu luangnya ia belajar tentang
program-program komputer, seperti Adobe Flash sebagai program animasi, Coreldraw
untuk menggambar, PhotoShop, Dreamweaver untuk membangun website. Ia belajar
dengan giat.
Selain belajar ia juga
meluangkan waktunya untuk membantu Saudarinya yang sedang sibuk menyusun
skripsi.
Akhir-akhir ini
kondisi hati dan emosi sedikit labil. Ia sering merasa bersalah dan merasa
nggak punya apa-apa. Mungkin ini dipengaruhi oleh pekerjaannya belum seindah
harapan. Ditambah lagi ia kini jauh dari sobat karibnya yang selalu menemani
hari-harinya.
Comments