etika berita para koruptor bolak-balik muncul di layar televise
dan terdengar di berbagai media elektronik atau pun media cetak maka
masyarakat para penggemar berita tersebut mulai pusing 1000 keliling,
selain karena masalah korupsinya tidak kunjung selesai, masyarakat juga
terbebabani karena merasa si koruptor telah merugikan Negara dan
masyarakat Indonesia. Lalu kemudian korupsi menjadi hal biasa dan
perbuatan yang halal untuk dilakukan karena media menginformasikan bahwa
pihak hukum yang tidak menanganinya denga tegas.
Ketika para artist bangga dengan aibnya yang bolak-balik cerai, lalu beritanya menyebar di setiap media hingga sampai kepada mata, dan pendengaran penggemarnya maka hati penggemarnya mulai terjangkiti virus, virus yang berupa keinginan untuk meniru. Ketika para artis dengan bangganya menunjukkan adegan ciuman, pelukan dan sejenisnya dengan orang yang belum sah dinikahi, maka media pun berbondong-bondong menyoroti hal tersebut untuk kemudian dipublikasikan tanpa diperiksa atau difikirkan apakah itu pantas untuk dipublikasikan.
Ketika si bocah berani memperkosa anak seusianya, siapakah yang patut kita salahkan, karena dia hanya meniru apa yang ia lihat di media elektroonik ataupun media cetak. Karena si bocah hanyalah anak yang sedang dihadapkan pada seribu antusias untuk mempraktekkan apa yang ia saksikan lalu kemudian ia rasakan. Ketika si mahasiswa berani memberikan sebuah amplop berisi kertas bernominal (uang suap) untuk memperoleh nilai yang bagus atau tinggi. Siapakah yang patut kita salahkan, ia hanya meniru kasus penyuapan atau korupsi yang pernah ia saksikan di media elektronik ataupun media massa yang ditindak dengan pembelaan oleh pengacaranya, sehingga kemudian si mahasiswa merasa perbuatan korupsi dan penyuapan halal untuk di perbuat. Ketika generai penerus bangsa (pelajar dan mahasiswa), heboh mengkoleksi video haram (porno) oleh artis kesayangan mereka. Siapakah yang pantas kita salahkan, bukankah video itu tidak akan sampai ke tangan mereka ketika media tidak mempublikasikkannya.
Masa depan, akhlak dan moral bangsa ini bukan sepenuhnya tanggung jawab orang tua di rumah, guru di sekolah, ustadz di pesantren, pedeta di gereja, alim ulama atau presiden. Masa depan, akhlak dan moral bangsa ini tanggung jawab kita bersama, tanggung jawab media elektronik dan media cetak, bagaimana supaya berita atau informasi yang disampaikan dan dipublikasikan tidak membawa dampak negative yang kemudian membawa bangsa ini pada penurunan akhlak dan moral. Janganlah menghalalkan segala informasi hanya untuk keutungan sementara, bukankah Negara ini Negara kita bersama, bukankah kita juga sama-sama tinggal di dalamnya, nah ketika bangsa kita mengalami penurunan akhlak dan moral pada titik kritis bukankan kita sama-sama ikut merasakannya.
Jadilah media yang menjadi kebanggaan bangsa, yang hanya mempublikasikan hal-hal bermanfaat dan membawa efek positif terhadap pribadi masyarakat dan bangsa Indonesia. Jadilah media yang tetap menjaga nilai-nilai kepribadian dan nilai-nilai budaya Indonesia. Jadilah media yang mengambil peran dalam rangka program perbaikan masa depan, akhlak dan moral bangsa ini. Jadilah media yang menjaga aib dan rahasia pribadi masyarakat Indonesia beserta kepribadian bangsa ini. Jadilah media yang tidak berlebihan dalam menyampaikan berita atau informasi.
Kami yakin dan percaya bahwa orang-orang yang aktif dalam pengelolaan media informasi di segenap bangsa ini adalah orang yang paham akan agama, nilai budaya, dan paham akan aturan dan perundang-undangan bangsa ini, karena itu kami berharap kita sama-sama bekerja mengembangkan potensi dan kinerja kita dengan tujuan memperbaiki masa depan, akhlak dan moral bangsa ini. Sehingga potensi dan kinerja kita bukan hanya menguntungkan diri kita sendiri akan tetapi juga membahagiakan bangsa ini.
Ketika para artist bangga dengan aibnya yang bolak-balik cerai, lalu beritanya menyebar di setiap media hingga sampai kepada mata, dan pendengaran penggemarnya maka hati penggemarnya mulai terjangkiti virus, virus yang berupa keinginan untuk meniru. Ketika para artis dengan bangganya menunjukkan adegan ciuman, pelukan dan sejenisnya dengan orang yang belum sah dinikahi, maka media pun berbondong-bondong menyoroti hal tersebut untuk kemudian dipublikasikan tanpa diperiksa atau difikirkan apakah itu pantas untuk dipublikasikan.
Ketika si bocah berani memperkosa anak seusianya, siapakah yang patut kita salahkan, karena dia hanya meniru apa yang ia lihat di media elektroonik ataupun media cetak. Karena si bocah hanyalah anak yang sedang dihadapkan pada seribu antusias untuk mempraktekkan apa yang ia saksikan lalu kemudian ia rasakan. Ketika si mahasiswa berani memberikan sebuah amplop berisi kertas bernominal (uang suap) untuk memperoleh nilai yang bagus atau tinggi. Siapakah yang patut kita salahkan, ia hanya meniru kasus penyuapan atau korupsi yang pernah ia saksikan di media elektronik ataupun media massa yang ditindak dengan pembelaan oleh pengacaranya, sehingga kemudian si mahasiswa merasa perbuatan korupsi dan penyuapan halal untuk di perbuat. Ketika generai penerus bangsa (pelajar dan mahasiswa), heboh mengkoleksi video haram (porno) oleh artis kesayangan mereka. Siapakah yang pantas kita salahkan, bukankah video itu tidak akan sampai ke tangan mereka ketika media tidak mempublikasikkannya.
Masa depan, akhlak dan moral bangsa ini bukan sepenuhnya tanggung jawab orang tua di rumah, guru di sekolah, ustadz di pesantren, pedeta di gereja, alim ulama atau presiden. Masa depan, akhlak dan moral bangsa ini tanggung jawab kita bersama, tanggung jawab media elektronik dan media cetak, bagaimana supaya berita atau informasi yang disampaikan dan dipublikasikan tidak membawa dampak negative yang kemudian membawa bangsa ini pada penurunan akhlak dan moral. Janganlah menghalalkan segala informasi hanya untuk keutungan sementara, bukankah Negara ini Negara kita bersama, bukankah kita juga sama-sama tinggal di dalamnya, nah ketika bangsa kita mengalami penurunan akhlak dan moral pada titik kritis bukankan kita sama-sama ikut merasakannya.
Jadilah media yang menjadi kebanggaan bangsa, yang hanya mempublikasikan hal-hal bermanfaat dan membawa efek positif terhadap pribadi masyarakat dan bangsa Indonesia. Jadilah media yang tetap menjaga nilai-nilai kepribadian dan nilai-nilai budaya Indonesia. Jadilah media yang mengambil peran dalam rangka program perbaikan masa depan, akhlak dan moral bangsa ini. Jadilah media yang menjaga aib dan rahasia pribadi masyarakat Indonesia beserta kepribadian bangsa ini. Jadilah media yang tidak berlebihan dalam menyampaikan berita atau informasi.
Kami yakin dan percaya bahwa orang-orang yang aktif dalam pengelolaan media informasi di segenap bangsa ini adalah orang yang paham akan agama, nilai budaya, dan paham akan aturan dan perundang-undangan bangsa ini, karena itu kami berharap kita sama-sama bekerja mengembangkan potensi dan kinerja kita dengan tujuan memperbaiki masa depan, akhlak dan moral bangsa ini. Sehingga potensi dan kinerja kita bukan hanya menguntungkan diri kita sendiri akan tetapi juga membahagiakan bangsa ini.
Comments