Malam itu!! Aku menyebutnya malam perpisahan.
Malam itu adalah malam terakhir kita tidur bareng di kosan aku sebelum kamu benar-benar pergi dari hari-hariku (Pulkam). Malam itu aku sengaja mengajakmu tidur bersama karena sebelum kamu meninggalkan aku, aku ingin bercerita banyak, tentang .. tentang... oh aku lupa tentang apa. Aku sangat ingin lama-lama bercerita denganmu, namun entah kenapa lidahku kaku, bahkan aku lupa mau cerita apa, aku hanya bisa memperhatikan waktu yang terasa begitu cepat, aku hanya menyesali mengapa waktu begitu singkat, mengapa waktu merampas kebahagianku, mengapa waktu begitu tega memisahkan kita. Malam itu aku merasa waktu begitu sulit diajak berkompromi.
Malam itu adalah malam terakhir kita tidur bareng di kosan aku sebelum kamu benar-benar pergi dari hari-hariku (Pulkam). Malam itu aku sengaja mengajakmu tidur bersama karena sebelum kamu meninggalkan aku, aku ingin bercerita banyak, tentang .. tentang... oh aku lupa tentang apa. Aku sangat ingin lama-lama bercerita denganmu, namun entah kenapa lidahku kaku, bahkan aku lupa mau cerita apa, aku hanya bisa memperhatikan waktu yang terasa begitu cepat, aku hanya menyesali mengapa waktu begitu singkat, mengapa waktu merampas kebahagianku, mengapa waktu begitu tega memisahkan kita. Malam itu aku merasa waktu begitu sulit diajak berkompromi.
Niat untuk cerita panjang lebar untuk menghabiskan kebersamaan kita harus kutunda, karena esok harinya aku harus mengumpulkan Soal Ujian MID semester. Setelah bercerita-cerita sebentar, kamu pun tertidur duluan, dan aku harus melanjutkan menyusun soal. Setelah menyelesaikan beberapa soal, tepat pada soal yang ke 26, laptop kamu yang aku pake tiba-tiba mati. Aku langsung beranjak mengabil charger yang berada tepat di sebelahku. Entah kenapa malamku sedikit malang, karena baterai laptopnya tidak mengisi. Oh, ada apa ini??
Aku panik setengah mati. Aku langsung teringat kejadian seminggu yang lalu, ketika kejadian ini terjadi pada laptop teman yang aku pinjam. Rabbi, malamku benar-benar kelabu. Malam yang aku anggap sebagai malam perpisahan malah menjadi malam yang mataku harus berderai air mata, jiwaku berguncang "ya Allah, mengapa, mengapa, mengapa aku harus mengalami ini, apa hikmah dibalik semua ini". Walau aku cukup dekat sama kamu, namun untuk masalah barang yang aku pinjam dari kamu, jujur aku sedikit ketakutan. Karena aku tau kamu cukup sulit untuk berkompromi dengan penggunaan barang-barang. Aku tahu kamu sangat berhai-hati dan sayang dengan barang-barang yang kamu miliki.
Malam itu sebelum tidur, aku menetaskan air mata yang dibarengi dengan do'a "Ya Allah, Lunakkanlah hati saudariku agar memahami dan memaklumi atas kejadian malam ini". malam itu tidurku benar-benar terusik. Aku ketakutan.... Aku memandangi dirimu yang sudah tertidur pulas. Aku sedang memikirkan kata-kata seperti apa yang harus kusampaikan esok pagi untuk menyampaikan kabar buruk ini kepadamu. Air mataku terus bercucuran. "Ya Allah, begitu berat cobaan yang harus aku hadapi" akankah perpisahan kami diakhiri dengan moment seperti ini. Jawaban seperti apakah yang akan aku terima esok pagi, Wahai Engkau Yang Maha Melembutkan hati, lembutkan hati saudariku ini, agar ia bisa menerima kenyataan ini dengan lapang dada, sehingga dia bisa memaafkanku. Inilah do'a yang berungkali aku sampaikan kepada Rabbku sebelum aku benar-benar tertidur.
Aku panik setengah mati. Aku langsung teringat kejadian seminggu yang lalu, ketika kejadian ini terjadi pada laptop teman yang aku pinjam. Rabbi, malamku benar-benar kelabu. Malam yang aku anggap sebagai malam perpisahan malah menjadi malam yang mataku harus berderai air mata, jiwaku berguncang "ya Allah, mengapa, mengapa, mengapa aku harus mengalami ini, apa hikmah dibalik semua ini". Walau aku cukup dekat sama kamu, namun untuk masalah barang yang aku pinjam dari kamu, jujur aku sedikit ketakutan. Karena aku tau kamu cukup sulit untuk berkompromi dengan penggunaan barang-barang. Aku tahu kamu sangat berhai-hati dan sayang dengan barang-barang yang kamu miliki.
Malam itu sebelum tidur, aku menetaskan air mata yang dibarengi dengan do'a "Ya Allah, Lunakkanlah hati saudariku agar memahami dan memaklumi atas kejadian malam ini". malam itu tidurku benar-benar terusik. Aku ketakutan.... Aku memandangi dirimu yang sudah tertidur pulas. Aku sedang memikirkan kata-kata seperti apa yang harus kusampaikan esok pagi untuk menyampaikan kabar buruk ini kepadamu. Air mataku terus bercucuran. "Ya Allah, begitu berat cobaan yang harus aku hadapi" akankah perpisahan kami diakhiri dengan moment seperti ini. Jawaban seperti apakah yang akan aku terima esok pagi, Wahai Engkau Yang Maha Melembutkan hati, lembutkan hati saudariku ini, agar ia bisa menerima kenyataan ini dengan lapang dada, sehingga dia bisa memaafkanku. Inilah do'a yang berungkali aku sampaikan kepada Rabbku sebelum aku benar-benar tertidur.
Sekitar pukul 4.00 pagi aku terjaga, ketika aku terjaga kejadian 4 jam yang lalu masih bersemayam dalam pikiranku. Lalu aku beranjak untuk mengambil wudhu melaksanakan sholat malam, dengan deraian air mata aku melantunkan do'a yang berulang kali aku lantunkan sebelum aku tertidur. Seusai melaksanakan sholat aku beranjak menuju tempat tidur. Aku kembali memandangi dirimu yang masih tertidur pulas. Hati ini kembali berbisik, "Ya Allah, malam ini malam yang begitu berat untuk aku lewati, Rabbi, Yang Maha Menggenggam Jiwa dan hati kami, Lunakkan hati saudariku ini untuk menerima kenyataan ini dengan lapang dada".
Sambil menunggu waktu shubuh tiba, aku masih gelisah, coba memenjamkan mata namun, pikiran yang tidak begitu tenang membuat mata ini sulit untuk menikmati gelapnya malam. Sampai azan berkumandang aku masih terjaga. Ketika kamu terjaga aku coba menutup mata seakan-akan aku sedang tertidur pulas. Lalu kamu pun beranjak untuk melaksanakan sholat shubuh, sedang aku masih terbaring dengan mata yang tertutup dan pikiran yang berkecamuk. Lalu, dengan badan yang sedikit lemah aku coba beranjak untuk mengambil wudhu dan menunaikan sholat shubuh.
Seusai sholat shubuh aku kembali berbaring di sebelahmu. Kamu tahu nggak???? aku ingin mengatakan sesuatu, tapi aku takut, aku tak sanggup melihat kerutan keningmu yang biasa kamu tunjukkan ketika aku berbuat salah atau ketika kamu mengadukan masalah padaku. Aku masih terdiam. Sesungguhnya aku sedang berusaha mengeluarkan kata-kata yang begitu pahit untuk kusampaikan. Hingga beberapa menit kemudian aku memberanikan diri membuka mulut dan berkata:
Me : "Nda!!",
Me : "Nda!!",
lalu kamu menyahut dengan lembut,
U : "iya.. kenapa Fit".
Me : Fit mau bilang sesuatu, nda jangan marah ya,
U : Mau bilang apa?
Me : Nda, harus janji dulu ndak bakalan marah.
U : Iya, kenapa?
Me : Nasibku malang lagi nDa..
U : kenapa??
Me : tadi malam waktu aku ngerjain soal, baterainya laptop abis. terus aku coba pasang chargernya,
tapi nggak ngisi.
U : iya ???
Me : Fit mau bilang sesuatu, nda jangan marah ya,
U : Mau bilang apa?
Me : Nda, harus janji dulu ndak bakalan marah.
U : Iya, kenapa?
Me : Nasibku malang lagi nDa..
U : kenapa??
Me : tadi malam waktu aku ngerjain soal, baterainya laptop abis. terus aku coba pasang chargernya,
tapi nggak ngisi.
U : iya ???
Me : iya nda, f pun nggak tau kenapa bisa seperti itu. sebelumnya memang chargernya fit coba
masukkan ke laptop dewi juga nggak bisa, makanya f3 make laptop nda, eh ternyata waktu
baterainya abis, coba pasang chargernya nggak masuk.
U : Ouuhh, ya udah nggak apa-apa. memang udah mau rusak tu, karena sering terpasang ke laptop.
Subhanalloh, jawaban yang aku takutkan semalaman ternyata berbuah dengan manis. Dadaku benar-benar damai. Ingin rasanya aku memeluk dirimu erat-erat sebagai ungkapan rasa haru dan terimakasihku kepadamu, tapi aku malu. Lalu aku membalikkan badan dan berbisik kepada Rabbku "Ya Allah, Maha Suci Engkau yang telah mengijabah do'aku". Pagi ini benar-benar pagi yang menyenangkan bagi, pagi yang penuh dengan limpahan rahmat dan kesejahteraan dari-Mu ya Allah.
Disini Allah menujukkan makna bukti dari Surat Al-Insyarah yang berbunyi : "Bersama Kesulitan, ada kemudahan".
Kamu tahu nggak sobatku, semalaman aku telah berprasangka buruk padamu, tentang respon yang kamu berikan ketika aku menyampaikan berita buruk ini. Aku telah membayangkan wajah masammu yang sangat-sangat aku takuti selama kita bersama. Wajah itu sering kamu tunjukkan padamu ketika kamu banyak masalah.
masukkan ke laptop dewi juga nggak bisa, makanya f3 make laptop nda, eh ternyata waktu
baterainya abis, coba pasang chargernya nggak masuk.
U : Ouuhh, ya udah nggak apa-apa. memang udah mau rusak tu, karena sering terpasang ke laptop.
Subhanalloh, jawaban yang aku takutkan semalaman ternyata berbuah dengan manis. Dadaku benar-benar damai. Ingin rasanya aku memeluk dirimu erat-erat sebagai ungkapan rasa haru dan terimakasihku kepadamu, tapi aku malu. Lalu aku membalikkan badan dan berbisik kepada Rabbku "Ya Allah, Maha Suci Engkau yang telah mengijabah do'aku". Pagi ini benar-benar pagi yang menyenangkan bagi, pagi yang penuh dengan limpahan rahmat dan kesejahteraan dari-Mu ya Allah.
Disini Allah menujukkan makna bukti dari Surat Al-Insyarah yang berbunyi : "Bersama Kesulitan, ada kemudahan".
Kamu tahu nggak sobatku, semalaman aku telah berprasangka buruk padamu, tentang respon yang kamu berikan ketika aku menyampaikan berita buruk ini. Aku telah membayangkan wajah masammu yang sangat-sangat aku takuti selama kita bersama. Wajah itu sering kamu tunjukkan padamu ketika kamu banyak masalah.
Wajah itu kamu tunjukkan padaku ketika kemarin buku yang aku pinjam tiba-tiba hilang entah kemana (kenangan PKL di tanjung balai). setelah dicari kemana-mana, eh ternyata bukunya bersembunyi di bawah tilam.
Wajah itu pernah kamu tunjukkan padaku, ketika KRS kamu nggak bisa diisi. Wajah itu kamu tunjukkan padaku ketika seorang teman menjengkelkan hatimu. Wajah itu kamu tunjukkan padaku ketika Flashdiks 8 giga warna merah hilang entah kemana. lagi-lagi waktu itu akulah yang menjadi sasarannya. Kamu bilang aku yang terakhir make, lalu hal itu pun aku iyakan, eh ternyata setelah diperikasa Flash disk itu ada di dalam tas kamu.
Wajah masam itu juga pernah kamu tunjukkan padaku ketika Dosen Pembimbing
skiripsi kamu sulit untuk ditemui. Wajah masam itu juga sering kamu lontarkan
ke aku ketika aku terlambat untuk menggantikanmu menjaga warnet.
Wajah masam itu juga pernah kamu tunjukkan ketika kamu
datang ngajak aku Liqo, namun waktu itu aku lagi malas dan kamu tetap memaksa
akhirnya aku pun mengiyakan ajakan kamu. Padahal kalau aku yang ngajak kamu
Liqo, terus kamunya lagi malas, dengan cara apa pun aku membujuk pasti kamu
tega biarkan aku pergi sendiri, padahal aku dah bela-belain jemput kamu ke
kos-kosan kamu. Wajah itu juga kamu tunjukkan ketika si Nyonya Beat ditilang
sama PAKPOL.
Selama kita bersama, hal yang paling aku hindari dari kamu adalah
wajah masam kamu, tapi entah kenapa, malah hal itu yang sering kamu tunjukkan
padaku. Sampai suatu waktu aku mencoba beranikan diri untuk menanyakan
"Mengapa harus aku yang menjadi korban amarah, kesal dan masalah yang
menghinggapi kamu, mengapa harus aku yang menjadi pelampiasan kamu?".
Namun dengan ringan kamu menjawab : "Karena cuma kamu orang terdekatku".
Jawaban itu membuat aku tersipu dan terharu. Sungguh jawaban sederhana itu
menambah luasnya ruang hatiku untuk memaafkan Jawaban itu juga membuat aku
merasa mendapat tempat yang istimewa di dalam kehidupanmu.
Dan sekarang ini aku malah merindukan wajah masam itu. Aku
rindu melihat wajah kamu menetaskan air mata ketika kamu dirundung masalah, aku
rindu melihat kamu menetaskan air mata bahagia seperti yang kamu tunjukkan
waktu pengumuman hasil ujian meja hijau. Air mata itu begitu bening dan aku
turut merasakannya Karena Allah telah mengijabah do’a kamu, do’aku, do’a kita
semua.
Aku rindu melihat air mata kamu yang menetes katika kamu
ketinggalan pesawat. Kamu tahu nggak hikmah di balik itu semua. Kamu itu memang
lelet banget sobatku. Terus apa alasan kamu milih jam keberangkatan pagi? Terus
waktu mau berangkat apa alasan kamu nawarin kunci kereta Cika. Terus waktu
nyuruh aku pake mantel kenapa harus pasang muka masam. Kenapa????? Aku nggak
marah sobatku, aku hanya mengenang tingkah unikmu yang suka buat aku menyimpan
kejengkelan dengan hati yang lapang dan
tetap menyayangimu dalam kondisi apapun.
Aku rindu jalan bareng sama kamu, duduk di atas Tol dekat
IAIN makan jagung bakar menikmati pemandangan kota medan di malam hari. Aku
rindu wajah ceriamu ketika kamu sedang bahagia tak terkira. Aku rindu wajah
ge-er katika bang Tagok gangguin kamu. Aku rindu wajah ge-er kamu ketika
orang-orang di warnet gangguin kamu.
Aku rindu bubur masakan kamu, yang waktu itu
kutolak karena aku masih kenyang. Aku rindu jagung yang sering kamu antar ke
warnet sampai aku lupa nyisain sama kamu, padahal kamu sendiri belum ada makan.
Aku rindu makan kuah sate pake kerupuk sambal. Aku rindu begadang sama kamu
sampe jam 5 shubuh. Aku rindu duduk diboncengan kamu yang suka nge-rem mendadak
lalu aku jerit-jerit di belakang karena kaget. Aku rindu
sama sms kamu “Diman fit?”.
Comments