Hidup bersama kekuasaan waktu dan materi………………. o

Kalo ada yang nanya aku, uda merdeka apa belum, aku bingung mau jawab apa? Aku takut kalo aku bilang udah sebenarnya belum merdeka. Karena terkadang aku masih diperbudak oleh waktu dan materi. Terus kalo bilang tidak, aku bukan budak belian, aku bebas mau berbuat apa. Aku bebas mau milih hidup seperti apa. Tidak ada yang melarang kemana kaki ini melangkah. Tidak ada yang melarang Diri ini mau jadi apa. Menurut pembaca yang budiman bagaimana?

He.. he… mungkin pertanyaannya sedikit membingungkan yah… ??
tapi ini realita saudaraku.
Kita merasa telah merdeka (bebas dari segala tuntutan) hingga rasa malu pun ikut merdeka. Kita memang bukan budak sebagaiman budak menurut zaman rasul dan sahabatnya. Tetapi kita budak yang telah merdeka tapi tidak tau berterimakasih sama Dzat yang telah memerdekakan kita.
Sebelum kita lanjut…. Penulis mau nanya dulu : bila kita di kasi kebebasan untuk memilih 2 pernyataan berikut ini :
1. Bebas tapi terikat
2. Terikat tapi bebas.
Kira2 pembaca yang budiman mau milih yang mana ?
Kalau kita meilih pilihan no.1, kita telah berada di jalan yang tepat. Artinya kita merasa bebas dalam segala tuntutan namun dalam hal kebebasan kita diikat oleh rambu2 hidup sehingga kita hidup merdeka bersama syari’at.
Jika kita meilih poin yang ke dua. kita hidup dengan berbagai tuntutan sehingga kita mencari kebebasan dengan pemberontakan.
Sepertinya pada bingung semua neh… begini lho, kalau kita milih poin no.1 yang merdeka adalah hati kita sedangkan hawa nafsu kita terikat pada Sunnatullah (syari’at islam).
Sedangkan pada poin no.2 adalah adalah kebalikannya yaitu hati kita merasa terikat dengan Sunnatullah sedangkan hawa nafsu kita merdeka dari segala tuntutan syari’at sehingga kita merasa terkekang dan mencari celah agar menemukan kebebasan sehingga terjadilah pemberontakan (kontra antara hati dan hawa nafsu).

Dalam hal ini kita berpedoman kepada Sabda beliau :

“ingatlah pada jasad manusia ada sepotong daging, tatkala sepotong daging itu baik, baiklah jasad keseluruhannya. Tatkala rusak (sepotong daging itu) maka rusaklah jasad keseluruhannya. Ingatlah dia itu (sepotong daging ) adalah hati.” (HR. nu’man bin nasyir ).
Saudaraku beginilah Rasul memberikan gambaran bagaimana peran hati dalam diri kita. Hati adalah anggota tubuh kita yang harus kita merdekakan. Bayangkan saja jika di dalam suatu Negara dipimpin oleh Raja yang belum merdeka dan tentu saja rakyatnya akan morat marit, terombang ambing bersama gelombang kekuasaan hawa nafsu. Begitu juga dengan diri kita apabila dipimpin oleh sesuatu yang belum merdeka tentu saja diri kita berda pada arus yang tidak jelas muaranya di mana.

Bahasanya penyampaiannya agak baku yah… okay deh kita beralih kepada contoh spesifiknya.

Mungkin di antara kita pernah mengalami kejadian seperti ini yaitu ketika kamu hendak pergi ke luar rumah, ke kedai la dulu misalnya.

Jika hatimu berbisik, “nona jangan pergi ke luar tanpa memakai hijab (menampakkan aurat) karena di luar sana ada banyak orang yang bukan muhrim kamu !!”, lalu ada bisikan ke dua, “nggak apa2 la nona kan Cuma beli sabun ke kedai, dekat aja pun, kan repot nanti mpek rumah buka lagi….” . lalu akhirnya kamu keluar dengan melepaskan jilbab, pake celana ponggol dan lengan you can see. ….. nah…. Berarti hati kamu belum merdeka karena masih dikuasai oleh bisikan yang ke dua (syaiton (hawa nafsu).

Contoh yang ke dua :
Ketika kita jalan2 ke mall atau kemana, terus sampai di sana masuk waktu sholat, misalkan aza sholat dhuhur. Dalam hatimu muncul secercah bisikan, “sholat dulu yo, nanti kalau uda jalan pasti lama dan nggak ingat waktu…” terus datang lagi bisikan dari kiri “udah………!!! belanja aja dulu nanti kan masih bisa, Allah kan sengaja memanjangkan waktu sholat dhuhur agar hambanya nggak merasa terburu-buru untuk mengerjakan yang lain dulu..” lalu kamu putuskan untuk belanja dulu dan tanpa kamu sadari tawar menawar pun berlangsung, pilih memilih, pandang sana pandang sini hingga waktu dhuhur pun lewat. Dengan santainya kamu tidak merasa bersalah hingga sampai di rumah tanpa sholat dhuhur dan ashar.
Beginilah kehidupan orang2 yang hatinya di perbudak oleh waktu dan materi, diperbudak oleh hawa nafsu. Katanya udah merdeka tapi buktinya mana..? merdeka tu bukan bebas dari jajahan Belanda tapi merdeka tu kita bebas hidup dengan mendengarkan suara hati kita dan mengikat erat2 kejahatan hawa nafsu kita. Begitu para para pembaca yang budiman. Jangan menuntutu HAM jika kita sendiri tidak tau Kewajiban. Yang inilah yang itulah padahal kitany belum diperbaiki.

Pembaca yang budiman udah meredeka apa belum ?

conth org yang merdeka tu seperti ini :

BERKAH SEBUAH KETAKWAAN

Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasihati dia dan teman - temannya : "Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam diri-nya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing- masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Maka pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya ber-tanya: "Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?" Sambil bergetar ibunya menjawab: "Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayah-mu?" Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata: "Ayahmu itu dulu seorang pencuri?"!

Pemuda itu berkata: "Guruku memerintahkan kami -murid-muridnya- untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Ibunya menyela: "Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?" Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab: "Ya, begitu kata guruku." Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat Isya' dan menunggu sampai semua orang tidur. Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (syaikh). Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga itu ditingalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya: "Ini rumah anak yatim, dan Allah memperi-ngatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim". Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi kebutuhannya. "Ha, di sini", gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berke-liling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyim-panan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata: "Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali pedagang ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu."

Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudia dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabis-kan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri: "Ingat takwa kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!" Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan shalat. Isterinya bertanya: "Apa ini?" Dijawab suaminya: "Demi Allah, aku juga tidak tahu." Lalu dia menghampiri pencuri itu: "Kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?" Si pencuri berkata: "Shalat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu' lalu shalat bersama. Tuan rumah-lah yang berhak jadi imam".

Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan rumah menuruti kehendaknya. Tetapi -wallahu a'lam- bagaimana dia bisa shalat. Selesai shalat dia bertanya: "Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?" Dia menjawab: "Saya ini pencuri". "Lalu apa yang kau per-buat dengan buku-buku catatanku itu?", tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab: "Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak", Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu ke-heranan. Lalu dia berkata: "Hai, ada apa denganmu sebe-narnya. Apa kau ini gila?" Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui isterinya. Mereka berdua dikaruniai seorang puteri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata: "Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan angkat engkau menjadi sekre-taris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan mitra bisnisku." Ia menjawab: "Aku setuju." Di pagi hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya.

Comments